Kamis, 14 Juli 2016

Pengaruh Lingkungan Bagi Perkembangan Anak Usia Dini


oleh : Faisal Riza Hasbullah, S.Pd I
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah (lembaga PAUD), keluarga, dan masyarakat, dalam wewujudkan anak yang sehat, cerdas, ceria, dan berkarakter. Orangtua sebagai pendidik yang pertama dan utama bagi anak memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan parenting yang baik bagi anak. Orangtua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak serta menumbuhkembangkan anak sesuai kemampuan, bakat, dan minatnya.
Menjadi orangtua berkualitas seolah-olah baru akan terukur kalau anak sudah menjadi “orang” atau “sukses”. Padahal untuk mencapai itu adalah suatu proses rumit dan walaupun sudah tercapai “gelar”, belum tentu anak itu mampu menangani tekanan-tekanan yang ada di lingkungannya.
Pola asuh di rumah antara orangtua sebagai pendidik utama dengan anak untuk meningkatkan hubungan harmonis. Sehingga kebutuhan psikis anak terpenuhi karena pengasuhan dan perhatian orangtua.
Kohn (dalam Krisnawati, 1997), menyatakan bahwa pola asuh merupakan sikap orangtua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orangtua ini meliputi cara orangtua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orangtua menunjukkan otoritasnya dan juga cara orangtua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anak. Sementara Theresia Indira Shanti, (http://www.tabloid-nakita.com), menyatakan bahwa pola asuh merupakan pola interaksi antara orangtua dan anak. Lebih jelasnya, bagaimana sikap atau perilaku orangtua saat berinteraksi dengan anak terdapat caranya yaitu: menerapkan aturan, mengajarkan nilai/norma, memberikan perhatian dan kasih sayang serta, menunjukkan sikap dan perilaku kedekatan dengan Sang Pencipta melalui berdoa sehingga dijadikan panutan bagi anaknya, menunjukkan perilaku yang membedakan baik dengan buruk.

Dalam buku Komunikasi Dalam Pengasuhan, menurut Ira Siti Zahro dan Ismia Unasiansari mengatakan bahwa ada tiga macam pola asuh orangtua, yakni pola asuh otoriter, pola asuh permissif, dan pola asuh demokratis. Selanjutnya, diuraikan bahwa pola asuh otoriter orang tua berperan sebagai arsitek, cenderung menggunakan pendekatan yang bersifat diktator, menonjolkan wibawa, menghendaki ketaatan mutlak. Sementara pola asuh permissif,  orangtua cenderung menghindari konflik dengan anak, sehingga orangtua banyak bersikap membiarkan apa saja yang dilakukan anak, orangtua bersikap damai dan selalu menyerah pada anak, untuk menghindari konfrontasi, sedangkan pola asuh demokratis, orangtua memberi kebebasan yang disertai bimbingan kepada anak, selain itu juga orang tua banyak memberi masukan-masukan dan arahan terhadap apa yang dilakukan oleh anak,orangtua bersifat obyektif, perhatian dan kontrol terhadap perilaku anak.
Orangtua memiliki kompetensi untuk memperhatikan tumbuh kembang anak supaya ada kesesuaian antara lembaga PAUD dengan pendidikan di rumah. Jika lembaga PAUD memberikan pembelajaran kepada anak tetapi di rumah, orangtua memberikan pembelajaran yang lain, hanya akan membuat bingung anak untuk mempercayai apa yang didapatkan di lembaga PAUD dengan di rumah. Memiliki keterpaduan maka akan meningkatkan kepercayaan diri anak dalam memahami pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Untuk itu orangtua juga perlu diberikan pengetahuan dan keterampilan dalam menterjemahkan makna pembelajaran bersama anak di rumah, sehingga penyelarasan pembelajarannya di rumah dan di PAUD dapat diminimalkan. Salah satu solusinya adalah pelatihan  Rumah Kreatif bagi orangtua.

Pelatihan  Rumah Kreatif bagi orangtua yang akan dilaksanakan oleh lembaga PAUD kepada orangtua, antara lain:
1.  Pelatihan model pembelajaran yang mendorong kemampuan orangtua menggunakan media yang ada di area sekitar rumah tanpa membawa unsur dari luar rumah dalam membelajarkan bersama anak.

2.  Pembelajaran yang dihasilkan orangtua di rumah memberikan penguatan kepada anak yang didapatkan di lembaga PAUD.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar