Minggu, 05 Juni 2016

PENTINGNYA PENDIDIKAN AGAMA DALAM MEMBANGUN KARAKTER ANAK USIA DINI

PENTINGNYA PENDIDIKAN AGAMA DALAM MEMBANGUN KARAKTER ANAK USIA DINI
Oleh : Faisal Riza Hasbullah

Ketika akan beraktifitas seperti halnya makan, ada kebiasaan yang bisa ditanamkan untuk anak yaitu berdoa. “Adik kamu jika mau makan berdoa dahulu ya!”kata seorang mama kepada anaknya. Si anak yang tahu perhatian orang tuanya mengangguk dan langsung berdoa, selesai berdoa  lalu memulai makan. Selanjutnya mama berkata “Dengan berdoa berarti kita bersyukur kepada Tuhan adik ketika mau makan, karena banyak yang diantara kita belum mampu makan seperti ini”.
Akan tetapi jika ada anak yang tidak mau berdoa ketika sudah dinasehati orang tuanya, orang tua itu bisa membimbing anak untuk bersama-sama berdoa kepada Tuhan saat akan makan maupun aktifitas lainnya. Ketidak inginan anak untuk berdoa kemungkinan karena lupa, maka perlu diingatkan oleh orang tua.
Cerita lain seorang ayah mengajak anaknya bernama Dodo pergi berkunjung kerumah temannya. Sesampainya dirumah temannya, sang ayah mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Setelah ditemui yang punya rumah sang ayah membimbing Dodo yang ikut tadi untuk mengulurkan tangan, tanda berkenalan yang dilanjutkan dengan berjabat tangan. Makna cerita tersebut merupakan contoh penanaman pendidikan agama yang dilakukan orang tua dalam  membentuk karakter anak usia dini dalam hal sopan santun terhadap yang lebih tua dan menyayangi kepada yang lebih muda.
Dari kisah yang pertama, membaca doa akan mengaktifkan kebiasaan anak untuk disiplin bersyukur kepada Tuhan. Dalam berbagai kesempatan akan tumbuh rasa meminta kepada Tuhan atas apa yang dibutuhkan. Kisah yang kedua menjelaskan perilaku sopan santun ditunjukan agar setiap anak mampu memahami hakikat bersosial, saling toleransi dan kerukunan hidup sesama manusia.
Anak usia dini merupakan generasi emas yang dimiliki suatu negeri untuk melanjutkan pembangunan dan kemajuan masa depan bangsa. Pertumbuhan dari anak usia dini yang semakin banyak perlu diimbangi peran aktif pemerintah dalam mengoptimalkan pendidikan untuk anak usia dini baik dari sisi karakteristik diri. Karakteristik diri adalah ciri khas, perwatakan yang dimiliki seseorang dalam menjalani hidup sehari-hari. Sedangkan pendidikan untuk anak usia dini yang tidak tepat lalu dibiarkan saja oleh pemerintah maka generasi emas yang diimpikan hanya menjadi generasi lemah.
Memiliki tata aturan membuat manusia memiliki batasan dalam bertingkah laku agar tidak punah, dan tidak menderita. Batasan aturan membuat seseorang agar terbiasa, memiliki norma tata aturan yang sesuai dengan norma yang berlaku.  Semisal antar sesama anak usia dini jika memiliki mainan satu mereka akan memainkan sendiri. sedikit anak yang langsung mengetahui sikap saling berbagi dengan anak yang lain. Maka  mainan tersebut dapat menimbulkan rasa iri jika ada anak lain memainkan mainannya, maupun ada anak lain yang memiliki mainan yang lebih bagus. Timbulah pertengkaran sehingga membuat salah satunya kalah, dan menangis barulah salah satu anak memiliki apa yang diinginkan sesuai kehendaknya. Hal inilah yang bisa menjadi media ditanamkan dari segi keagamaan anak dikenalkan rasa bersyukur nantinya mampu berbagi dan saling menghargai kepemilikan barang dengan orang lain.
Pendidikan tidak sebatas didalam sekolah, dimanapun seseorang itu berada disitulah dia mengembangkan diri, dan potensi yang dimiliki. Begitu pula pendidikan agama dibutuhkan manusia selama 24 jam, terbukti ketika manusia tidak melaksanakan ibadah yang telah ditentukan oleh Tuhan, maka akan merasa gelisah dan resah tanpa berhadapan dengan Tuhannya. Manusia yang tidak mengakui adanya Tuhan yang mengatur hanya akan bertindak seenaknya seperti halnya berfoya-foya. Perilaku itu seperti anak yang telah memiliki mainan pastinya akan meminta mainan yang lain jika diajak ketempat belanja. Jika anak tersebut dituruti apa yang diinginkan pastinya semua mainan inginya dibeli, hal tersebut perlu dibatasi dengan cara di nasehati dengan membeli terus mainan berakibat kaya akan mainan. Maka pendidikan agama dimanapun tempat jika memang bisa di ajarkan dari orang yang lebih paham kepada orang yang belum tahu. Pendidikan dilakukan oleh setiap manusia dari buaian (bayi) hingga liang lahat(meninggal).
Pendidikan agama yang mendasari karakter anak usia dini yaitu dengan mengenalkan keimanan kepada Tuhan yang maha kuasa. Anak yang baru tumbuh masih memiliki rasa ingin tahu tinggi. Keingin tahuan anak bisa seperti bertanya kenapa ada matahari, kenapa ada bulan, siapa yang membuatnya dan lain-lain. Bagi orang tua yang memberitahukan bahwa semua ini ciptaan Tuhan anak pasti juga akan bertanya seperti apa itu Tuhan. Pada prinsipnya penanaman nilai keimanan bisa dilakukan sejalan dengan usia perkembangan anak.
Pendidikan agama sebagai ungkapan rasa syukur dalam setiap waktu diberikan berbagai nikmat oleh Tuhan yang maha pemurah. Anak diajarkan berdoa tidak untuk menekan ataupun memaksa tetapi untuk mengungkapkan rasa syukur terhadap apa yang telah dimiliki. Cara lain berdoa didasari dengan rasa berserah diri memiliki keinginan supaya terkabul.
Pendidikan agama merupakan cara kedekatan orang tua dalam membimbing anak usia dini dalam mencari pilihan yang benar. Anak yang masih kecil jika dengan orang tua diposisikan sebagai sahabat nantinya memudahkan orang tua untuk menasihati.
Pendidikan agama mampu mengajarkan kedisiplinan dalam berbuat baik. Bisa juga sebagai cara mengulangi kebaikan tanpa mengharap dilihat orang lain. Meskipun tiada salahnya orang tua memberikan perhatian agar anak selalu beribadah, alahkah baiknya sang anak memahami perilaku baik yang perlu dilaksanakan secara terus menerus.

Maka dengan demikian pendidikan agama sejalan dengan pendidikan karakter yang membutuhkan waktu sepanjang hidup dalam mempelajari dan menerapkanya. Dengan pendidikan agama akan meningkatkan karakter manusia yang senantiasa ingin berdekatan dengan Tuhan sang pencipta. Penanaman karakter sejak dini akan memudahkan manusia layaknya mengukir diatas batu, dengan maksud orang tua mengajarkan anaknya sejak kecil sehingga mudah diingat hingga tua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar