PENTINGNYA PENDIDIKAN AGAMA DALAM MEMBANGUN
KARAKTER ANAK USIA DINI
Oleh : Faisal Riza Hasbullah
Ketika akan beraktifitas seperti halnya makan, ada kebiasaan yang bisa ditanamkan untuk anak yaitu berdoa. “Adik kamu jika mau makan berdoa dahulu ya!”kata seorang mama kepada anaknya. Si anak yang tahu perhatian orang tuanya mengangguk dan langsung berdoa, selesai berdoa lalu memulai makan. Selanjutnya mama berkata “Dengan berdoa berarti kita bersyukur kepada Tuhan adik ketika mau makan, karena banyak yang diantara kita belum mampu makan seperti ini”.
Akan
tetapi jika ada anak yang tidak mau berdoa ketika sudah dinasehati orang tuanya,
orang tua itu bisa membimbing anak untuk bersama-sama berdoa kepada Tuhan saat
akan makan maupun aktifitas lainnya. Ketidak inginan anak untuk berdoa
kemungkinan karena lupa, maka perlu diingatkan oleh orang tua.
Cerita
lain seorang ayah mengajak anaknya bernama Dodo pergi berkunjung kerumah
temannya. Sesampainya dirumah temannya, sang ayah mengetuk pintu dan mengucapkan
salam. Setelah ditemui yang punya rumah sang ayah membimbing Dodo yang ikut
tadi untuk mengulurkan tangan, tanda berkenalan yang dilanjutkan dengan berjabat
tangan. Makna cerita tersebut merupakan contoh penanaman pendidikan agama yang
dilakukan orang tua dalam membentuk
karakter anak usia dini dalam hal sopan santun terhadap yang lebih tua dan
menyayangi kepada yang lebih muda.
Dari
kisah yang pertama, membaca doa akan mengaktifkan kebiasaan anak untuk disiplin
bersyukur kepada Tuhan. Dalam berbagai kesempatan akan tumbuh rasa meminta
kepada Tuhan atas apa yang dibutuhkan. Kisah yang kedua menjelaskan perilaku
sopan santun ditunjukan agar setiap anak mampu memahami hakikat bersosial,
saling toleransi dan kerukunan hidup sesama manusia.
Anak
usia dini merupakan generasi emas yang dimiliki suatu negeri untuk melanjutkan
pembangunan dan kemajuan masa depan bangsa. Pertumbuhan dari anak usia dini
yang semakin banyak perlu diimbangi peran aktif pemerintah dalam mengoptimalkan
pendidikan untuk anak usia dini baik dari sisi karakteristik diri.
Karakteristik diri adalah ciri khas, perwatakan yang dimiliki seseorang dalam
menjalani hidup sehari-hari. Sedangkan pendidikan untuk anak usia dini yang
tidak tepat lalu dibiarkan saja oleh pemerintah maka generasi emas yang
diimpikan hanya menjadi generasi lemah.
Memiliki tata aturan membuat manusia memiliki batasan dalam bertingkah
laku agar tidak punah, dan tidak menderita. Batasan aturan membuat seseorang
agar terbiasa, memiliki norma tata aturan yang sesuai dengan norma yang
berlaku. Semisal antar sesama anak usia
dini jika memiliki mainan satu mereka akan memainkan sendiri. sedikit anak yang
langsung mengetahui sikap saling berbagi dengan anak yang lain. Maka mainan tersebut dapat menimbulkan rasa iri
jika ada anak lain memainkan mainannya, maupun ada anak lain yang memiliki
mainan yang lebih bagus. Timbulah pertengkaran sehingga membuat salah satunya
kalah, dan menangis barulah salah satu anak memiliki apa yang diinginkan sesuai
kehendaknya. Hal inilah yang bisa menjadi media ditanamkan dari segi keagamaan
anak dikenalkan rasa bersyukur nantinya mampu berbagi dan saling menghargai
kepemilikan barang dengan orang lain.
Pendidikan
tidak sebatas didalam sekolah, dimanapun seseorang itu berada disitulah dia mengembangkan
diri, dan potensi yang dimiliki. Begitu pula pendidikan agama dibutuhkan
manusia selama 24 jam, terbukti ketika manusia tidak melaksanakan ibadah yang
telah ditentukan oleh Tuhan, maka akan merasa gelisah dan resah tanpa
berhadapan dengan Tuhannya. Manusia yang tidak mengakui adanya Tuhan yang
mengatur hanya akan bertindak seenaknya seperti halnya berfoya-foya. Perilaku
itu seperti anak yang telah memiliki mainan pastinya akan meminta mainan yang
lain jika diajak ketempat belanja. Jika anak tersebut dituruti apa yang
diinginkan pastinya semua mainan inginya dibeli, hal tersebut perlu dibatasi
dengan cara di nasehati dengan membeli terus mainan berakibat kaya akan mainan.
Maka pendidikan agama dimanapun tempat jika memang bisa di ajarkan dari orang
yang lebih paham kepada orang yang belum tahu. Pendidikan dilakukan oleh setiap
manusia dari buaian (bayi) hingga liang lahat(meninggal).
Pendidikan
agama yang mendasari karakter anak usia dini yaitu dengan mengenalkan keimanan
kepada Tuhan yang maha kuasa. Anak yang baru tumbuh masih memiliki rasa ingin
tahu tinggi. Keingin tahuan anak bisa seperti bertanya kenapa ada matahari,
kenapa ada bulan, siapa yang membuatnya dan lain-lain. Bagi orang tua yang
memberitahukan bahwa semua ini ciptaan Tuhan anak pasti juga akan bertanya
seperti apa itu Tuhan. Pada prinsipnya penanaman nilai keimanan bisa dilakukan
sejalan dengan usia perkembangan anak.
Pendidikan
agama sebagai ungkapan rasa syukur dalam setiap waktu diberikan berbagai nikmat
oleh Tuhan yang maha pemurah. Anak diajarkan berdoa tidak untuk menekan ataupun
memaksa tetapi untuk mengungkapkan rasa syukur terhadap apa yang telah
dimiliki. Cara lain berdoa didasari dengan rasa berserah diri memiliki
keinginan supaya terkabul.
Pendidikan
agama merupakan cara kedekatan orang tua dalam membimbing anak usia dini dalam
mencari pilihan yang benar. Anak yang masih kecil jika dengan orang tua
diposisikan sebagai sahabat nantinya memudahkan orang tua untuk menasihati.
Pendidikan
agama mampu mengajarkan kedisiplinan dalam berbuat baik. Bisa juga sebagai cara
mengulangi kebaikan tanpa mengharap dilihat orang lain. Meskipun tiada salahnya
orang tua memberikan perhatian agar anak selalu beribadah, alahkah baiknya sang
anak memahami perilaku baik yang perlu dilaksanakan secara terus menerus.
Maka
dengan demikian pendidikan agama sejalan dengan pendidikan karakter yang
membutuhkan waktu sepanjang hidup dalam mempelajari dan menerapkanya. Dengan
pendidikan agama akan meningkatkan karakter manusia yang senantiasa ingin berdekatan
dengan Tuhan sang pencipta. Penanaman karakter sejak dini akan memudahkan
manusia layaknya mengukir diatas batu, dengan maksud orang tua mengajarkan
anaknya sejak kecil sehingga mudah diingat hingga tua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar