Jumat, 28 April 2017

Perkembangan Jaman Memfasilitasi Perkembangan Janin dalam Kandungan

Oleh : Faisal Riza Hasbullah
Telepon pintar yang biasa disebut dengan gadget mampu mendorong manusia semakin mudah dalam mengakses informasi. Kehadirannya bisa menjadi bagian dalam keluarga yang tidak dapat dipisahkan. Alasan yang sering muncul adanya gadget membuat setiap manusia semakin dekat. Kedekatan manusia ini membuat ikatan dalam satu keluarga meski berada diberbagai tempat mampu saling bertukar berita dalam waktu singkat dan dengan biaya yang murah.
Terlepas semua anggapan orang membutuhkan telepon pintar berupa gadget ini lebih penting daripada kebutuhan manapun karena memang manusia tidak dapat hidup nyaman tanpanya. Ketika melakukan apapun dan dimanapun pastilah memegang gadget sampai adanya accecoris yang memudahkan dalam pembawaannya yaitu kalung gadget, maupun dompet khusus gadget, dan ring gadget. Seakan hidup manusia ini membawa gadget menjadi kewajiban, ketika tertinggal atau dibawa anggota keluarga yang lain menjadi sangat sensitif untuk bisa kehilangan sedikit waktu dari adanya gadget.

Kemampuan manusia mengoperasikan gadget bukan lagi kendala yang berarti, semakin hari tanpa adanya buku petunjuk secara otodidak manusia mampu mencoba-coba dan memahami penggunaan gadget. Memanfaatkan gadget menjadi prioritas bagi orang yang ingin kehidupannya semakin meningkat dengan adanya gadget kemudahan mengatasi masalah didapat solusinya dari mengakses internet. Bisa dilihat dalam keseharian ibu hamil juga tidak terlepas dari adanya gadget. Dimana dengan alasan mencari pengetahuan yang dibaca dari akses internet pastilah dianggap mudah untuk mengetahui perkembangan anak didalam kandungan, usia dan berbagai macam kebutuhan gizi, pola dan siklus ibu hamil sesuai dengan tingkatan usia kehamilan.
Ditemui juga sebagian ibu hamil memakai gadget hanya untuk menghilangkan stres. Berbagai macam permainan dan yang paling popular yaitu media sosial yang didapatkan dengan mengakses internet  menjadikan ibu hamil sering menghabiskan waktu lebih banyak bahkan sampai melupakan pemberian gizi yang cukup bagi janin yang dikandungnya. Dari jumlah populasi di Indonesia penelitian markplus insight bahwa saat ini mencapai 29.000.000 penduduk menggunakan gadget dan dipelopori oleh usia muda sekitar 80 persen dalam menggunakannya terhubung dengan internet, sehingga bisa dipastikan juga bahwa penduduk pengguna gadget memiliki lebih dari satu untuk setiap orangnya.
Sosialisasi pembiasaan dampak positif bagi ibu hamil diperlukan untuk meminimalisir adanya anak berkembang tidak sesuai dengan tahapannya. Memanfaatkan gadget bagi ibu hamil diantaranya :
1. Memotifasi dalam pemberian gizi seimbang pada janin
2. Meningkatkan pemahaman pentingnya pola hidup sehap pada janin
3. Memudahkan berbagi dengan sesama ibu hamil
4. Menambah wawasan dalam menghadapi permasalahan kehamilan
5. Meningkatkan semangat untuk mendidik anak dimasa depan
6. Mempersiapkan diri menjadi orantua hebat bagi anak-anaknya

Jumat, 21 April 2017

Pengembangan Saka Widya Budaya Bakti se Nusantara

Pendidikan PAUD dan DIKMAS merupakan program yang dari, oleh, dan untuk masyarakat.
Pembentukan Saka Widya Budaya Bakti (SWBB) dan Pangkalan Saka Widya Budaya Bakti (Pangkalan SWBB) poros utama pelatihan Sarat Kecakapan Khusus(SKK).

Selasa, 18 April 2017

Tantangan Pendidikan Kesetaraan Daerah Trans Timur Indonesia

Oleh : Faisal Riza Hasbullah, S.Pd.I

Kebijakan pemerintah mengenai penanganan anak usia sekolah yang putus sekolah agar mendapatkan layanan Program Indonesia Pintar (PIP) berdampingan dengan manfaat Biaya Operasional Pendidikan (BOP) diharapkan membantu mengurangi  beban orangtua dalam membiayai anaknya agar bisa melanjutkan pendidikannya. Asalkan anak tersebut terdaftar di lembaga pendidikan formal maupun nonformal maka akan berhak dilayani dan mendapatkan Kartu Indonesia Pintar (KIP). Peran serta pemerintah ini perlu didukung sepenuhnya oleh Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat yang menjadi lembaga pendidikan nonformal yang menangani pendidikan kesetaraan.
Papua masih memiliki 3.911 (ATS) Orang anak usia sekolah dasar yang putus sekolah, sedangkan sekolah menengah pertama berjumlah 1.174 orang putus sekolah(ATS), dan untuk sekolah menengah atas berjumlah 570 orang(ATS),  untuk usia sekolah menengah kejuruan 253 anak usia sekolah putus sekolah (ATS) sesuai data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang diterbitkan melalui Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan (PDSPK), dari data tersebut perlu dilayani ATS melalui jalur pendidikan kesetaraan. Bahkan jika dilihat dari sebaran jenis kelamin didominasi oleh laki-laki daripada perempuan yang mengalami putus sekolah sesuai dengan input data pokok pendidikan (DAPODIK).
Masih banyak anak usia sekolah yang putus sekolah diantaranya terjadi drop out. Di Papua anak usia sekolah tidak sekolah disebabkan ketidak disiplinan anak untuk hadir di sekolah, hal ini dikarenakan jarak antara sekolah dengan tempat tinggal berjauhan. Selain itu anak usia sekolah telah memutuskan untuk menikah, menjadi penyebab tidak diterimanya lagi disekolah negeri.kejadian lain dikarenakan terjadinya tindak kriminal atau korban tindakan asusila sering ditemui menjadi terbanyak resiko anak dikeluarkan dari sekolah.
Pendidikan kesetaraan yang menjadi solusi adanya anak usia sekolah untuk bisa melanjutkan sekolah sesuai dengan jenjang pendidikannya masih belum maksimal dimanfaatkan oleh masyarakat. Masyarakat kurang meminati keberadaan pendidikan kesetaraan di PKBM, dikarenakan rendahnya sosialisasi pada masyarakat. Belum adanya langkah yang tepat untuk mendata anak usia sekolah putus sekolah. Rendahnya masyarakat dalam berpendidikan disebabkan merasa cukupnya berkemampuan membaca dan menulis sedangkan kehidupannya bisa berjalan baik dengan berpenghasilan seadanya.
Warga belajar PKBM Mentari Awiyo melaksanakan ujian kesetaraan

Pendidikan Kesetaraan di Kab Keerom tepatnya di Arso 13 pada PKBM Kasih dikelola oleh Herianto. Masyarakat di sekitaran PKBM rata-rata berpenghasilan dari bertani yang memiliki tanah sendiri dengan komoditas pertanian panen 3 bulanan, dan sayur mayur yang dipanen setiap musimnya. Di keerom terdapat perkebunan coklat dan sawit menjadi tempat para putus sekolah diusia sekolah. Kurangnya peran pemerintah untuk meningkatkan pendidikan di masyarakat, ketika ada yang putus sekolah lebih banyak ke arah buruh tukang atau petani sebagai sarana untuk mendapatkan penghasilan dan mengabaikan pendidikan. Kelompok pengajian dimasyarakat, acara nikahan masih kental dengan tradisi. Sekolah menengah atas yang jauh dari jangkauan, dari Arso 13 harus ke Arso 3 menyebabkan masyarakat masih terkendala untuk mengakses pendidikan.