Oleh : Faisal Riza Hasbullah
“Robert bagaimana jika hari selasa besuk kita mulai usaha kita berjualan di
sekolah?” Tanya Briyan kepada Robert teman sekelasnya.
“Boleh itu ide yang bagus tetapi apa kita bisa berjualan sedangkan kita
banyak belajar didalam kelas juga?” Robert merasa memang ide bagus sambil
bertolak pinggang dia bertanya kembali untuk jualan di sekolah, tetapi nanti
yang menunggu siapa jualannya.
“Kalau kamu setuju, kita meminta ijin dulu kepada Ibu Guru Jeni, Apakah kita
diijinkan atau tidak untuk berjualan.” jawab Briyan kepada Robert agar meminta
ijin kepada ibu guru dikarenakan penjual dikantin ibu Monti tidak berjualan
lagi karena su pindah rumah.
Maka dengan kompak Robert dan Briyan bertemu dengan ibu guru. “Ibu guru ini
kami mau bertanya, Apakah boleh nanti kita berjualan di sekolah ini?” Tanya Robert
kepada ibu guru.
“Wah, ide yang bagus itu anak-anak. Tetapi apakah nanti ada yang menunggu
jualan kalian jika kalian sedang belajar ada yang membutuhkan sesuatu
bagaimana?” wajah bu guru sambil mengerenyitkan jidad berfikir untuk menentukan
solusinya. “Bagaimana jika mencoba dengan kantin kejujuran anak-anak? nanti
setiap barang yang dijual bisa diberikan nominal harga yang bisa dibayarkan
langsung memasukkan kedalam kotak tanpa ada yang menjaga bisa menumbuhkan
kejujuran setiap siswa.” Bu guru dengan wajah cerah memberikan solusi agar anak
mencoba kantin kejujuran.
“Baiklah bu guru kami akan mencobanya, besuk kita mencoba menjual roti dan kacang
goreng yang diolah oleh orangtua kami. Terimakasih atas ijin kami untuk
berjualan” jawab kompak dari kedua anak tersebut. Sesampainya dirumah Robert
meminta ijin orangtua untuk membawa kacang goreng yang dipanen dari kebun. Sedangkan
Briyan membantu ibunya membuat roti dan ikut membungkusinya agar bisa dibawanya
ke sekolah.
***
Keesokan harinya dengan semangat Robert membawa 20 bungkus kacang goreng
dan Briyan membawa 25 bungkus roti. mereka berpamitan kepada orangtua mereka untuk
berangkat sekolah.
Sesampainya disekolah mereka sepakat untuk meletakkan makanan tersebut pada
satu kardus yang telah diberikan kotak kecil untuk menaruh uang pembayaran.
Pada waktu sebelum belajar dimulai mereka memberitahukan kepada teman-temannya
yang ingin membeli makanan yaitu roti dan kacang goreng didepan kelasnnya bisa
membeli sendiri, disitulah kantin kejujuran untuk pembeli mengambil dagangan
sekaligus membayarnya dengan jujur.
Ketika kelas istirahat Boni yang dipagi hari terlambat masuk sekolah tidak
mengetahui pengumuman adanya kantin kejujuran, tiba-tiba mengambil saja roti yang
ada didepan kelas tanpa membayarnya. lalu datanglah Dini yang memberikan
peringatan, “Boni jangan kamu makan seenaknnya roti itu tanpa membayar, itu
roti dijual pada kantin kejujuran, ayo kalau ambil jujur untuk membayar!”
Oiya, sejak kapan ada kantin kejujuran? jawab Boni. Lalu Ibu Jeni yang
mendengar adanya keributan mendatangi Boni dan Dini yang selisih paham. “Boni
apa yang dikatakan Dini itu benar ini adalah kantin kejujuran,lalu yang berjualan
adalah Briyan dan Robert mereka tadi pagi telah mengumumkan hal itu kamu sedangkan kamu datang terlambat. Besuk lagi jika ada
barang apapun yang bukan milikmu kamu meminta ijin kepada yang lain yang lebih
mengerti ya” kata ibu Jena menjelaskan dengan penuh kasih sayang.
“Oh
begitu ibu guru, baiklah saya minta maaf. akan saya bayar harga roti ini dengan
uang saku saya” kata Boni sambil mengambil uang yang ada didalam sakunya. “Maafkan
saya Dini dan terimakasih sudah mengingatkan saya” lanjut Boni sambil meminta
maaf kepada Dini. “Iya sama-sama Boni, besuk lagi kalau bukan punyamu kamu bisa
meminta ijin untuk mengambil ya.” jelas Dini kepada Boni.
***
bersambung…
(kejujuran,
ramah, permisi, kreatif)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar